November 24, 2024
mAfvahc63VGNQ2BdmehzLSzVb1JGgihfpKz_UTuSI550oDvcmgzf0fHqjr04V4_cZt662BE-KF771zex1RX2ZGay0EQ-wxtq-0ntnZwp7V4ER0iezNn0b9J8u0QBOergn_vq7Gl0

Sebagian orang seolah tidak pernah bisa hidup tanpa sosial media. Sosial media bahkan sudah menjadi candu baginya khususnya bagi kalangan remaja saat ini. Mereka mengakses sosial media siang dan malam dan tangan mereka tidak lepas dari yang namanya smartphone.

Ini memang sangat mengkhawatirkan mengingat mereka memiliki masa depan dan harus siap masa depan serta seharusnya menyiapkan apa yang harus dihadapi di masa depan. Namun dalam kehidupan sehari-hari mereka menghabiskan sebagian waktunya mengakses sosial media. Sungguh hal yang sangat menyedihkan.

Mereka yang kecanduan sosial media biasanya tidak pernah menyadari bahwa mereka mengalami kecanduan sosial media. Mereka merasa apa yang mereka lakukan adalah wajar sebagaimana orang-orang. Mereka tidak tahu bahwa sosial media sebetulnya dapat berdampak buruk bagi mereka jika mereka terlalu berlebihan dalam mengaksesnya. Sosial media yang sering mereka akses seperti Redit, Tumblr, Path, Google Plus, Tinder, Instagram, Facebook, YouTube, Blogger, Telegram, WhatsApp, Twitter, MindTalk, Disqus dan lain sebagainya.

Semua aplikasi sosial media ini mendorong seseorang untuk mengalami kecanduan dengan algoritmanya yang semakin hari semakin cerdas. Algoritma ini dapat mendeteksi apa yang kita inginkan dan menyajikan apa yang kita inginkan tersebut ke hadapan kita sehingga kita menjadi betah atau dalam kata lain, kecanduan. Sosial media menjadi isu yang sering dibahas terkait dengan penyebab gangguan kejiwaan yang dialami oleh remaja. Bebasnya dunia maya menjadikan orang-orang mengekspresikan dengan tidak benar mengenai sesuatu hal.

Misalnya bullying atau ujaran kebencian sering dialami remaja di internet sehingga menjadi penyebab mereka mengalami depresi bahkan bunuh diri. Sosial media memang menawarkan hampir segala hal disana ada yang berjualan seperti pasar, ada yang menawarkan berita seperti koran, ada yang menampilkan audio visual seperti televisi, dan dapat bertindak sebagai pengganti majalah.

Karena fleksibilitas sosial media ini, nyaris apapun ada di sana sehingga oran-orang membuka sosial media untuk mendapatkan apapun. Karena hal inilah menjadikan seorang remaja seringkali mengalami kecanduan sosial media.

 

Sumber: www.PojokSosmed.com

About The Author